Senin, 21 Oktober 2013

Pengalaman 1 bulan di negeri singa

Merupakan pengalaman yang sangat luar biasa ketika kami (Fatkhur Rozi, S.Pd., M,Kom dan Septiawan Tri Pambudi dari SMA Negeri 1 Welahan) memiliki kesempatan untuk berpartisipasi sebagai expert teacher dan expert student pada program SEAEdunet 2.0. pada tanggal 19 Agustus hingga 21 September 2013. Program ini diselenggarakan oleh SEAMOLEC (Southeast Asia Open and Distance Learning Centre),  yakni lembaga dibawah naungan SEAMEO (Southeast Asia Ministers of Education Organization/ Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara). Adapun tempat kami bertugas adalah di Sekolah Indonesia Singapura, yakni Sekolah yang pengelolaannya dibawah Kedutaan Besar Republik Indonesia di Singapura.



Expert Teachers SEA Edunet 2.0.

Sebagai Expert teacher, tugas kami antara lain sebagai narasumber pada kegiatan workshop untuk program SEA Edunet 2.0, selama 3 hari, dan selanjutnya kami mendampingi guru-guru di Sekolah Indonesia Singapura untuk melaksanakan model pembelajaran e-kolaborasi menggunakan Project Based Learningselama kurang lebih 4 minggu. Adapun materi pelatihan selama workshop 3 hari antara lain Pembelajaran Abad 21, Pengenalan pada Project Based Learning (Pembelajaran Berbasis Proyek), kolaborasi pembelajaran melalui Edmodo, pembuatan bahan ajar dengan menggunakan e-book maker (sigil) dan pembuatan video tutorial pembelajaran dengan menggunakan Screen O Matic. Sedangkan siswa kami, Septiawan, memperoleh kesempatan untuk menuntut ilmu bersama siswa-siswi di Sekolah Indonesia Singapura.
Pada tanggal 24 Agustus, hari terakhir pelaksanaan workshop, selanjutnya diselenggarakan kegiatan teleconference secara online yang melibatkan seluruh sekolah yang terlibat yakni Sekolah Indonesia se - Asia Tenggara dan beberapa sekolah lokal di Indonesia. Pada kegiatan ini, masing-masing peserta memaparkan rencana pelaksanaan Project Based learning yang akan diimplementasikan selama 1 hingga 6 bulan kedepan.

Implementasi Project Based Learning diSekolah Indonesia Singapura

Project Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang ditawarkan pada Kurikulum 2013. Namun sebenarnya PBL merupakan bukan hal yang baru. Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang berbasis pada instruksi-instruksi yang melibatkan siswa untuk melakukan infestigasi dari sebuah masalah. Hasil akhir dari PBL ini adalah sebuah produk autentik. Dengan cara ini, siswa akan melaksanakan serangkaian aktifitas nyata yang menuntut siswa untuk aktif menggunakan berbagai ketrampilan antara lain sebagai pemecah masalah, pembuat keputusan, berfikir kritis, berkomunikasi efektif dan bekerjasama. Ketrampilan-ketrampilan tersebut merupakan skill yang sering dipakai pada kehidupan abad 21 (twenty first century skills).
Adapun ide proyek yang kami laksanakan di Sekolah Indonesia di Singapura adalah memanfaatkan rumah kaca (green house) untuk menanam sayuran hydroponik. Proyek ini melibatkan 4 mapel yakni Biologi, Fisika, Kimia dan Bahasa Inggris. Ide ini dilandasi dengan adanya kondisi mahalnya harga sayur-mayur di Singapura, karena sayuran tersebut masih diimport dari negara lain. Selain itu juga adanya kenyataan bahwa kebanyakan siswa di sini tidak mengetahui bentuk asli tanaman sayuran, mereka hanya tahu hasil alkhirnya ketika siap untuk dimakan. Dengan menggunakan PBL, diharapkan para siswa akan memperoleh pengalaman belajar yang akan dapat diingat dalam jangka waktu yang lama.
Implementasi Project Based Learning di Sekolah Indonesia Singapura juga melibatkan kolaborasi dengan sekolah lokal di Jepara. Adapun sekolah yang terlibat yakni SMA Negeri 1 Welahan dan SMA Negeri 1 Pecangaan. Siswa di kedua sekolah tersebut melaksanakan pembelajaran berbasis proyek yang mendukung kegiatan utama di Singapura. Dengan memanfaatkan tehnologi informasi, siswa mendeskripsikan tanaman dan sayuran yang ada disekeliling rumah mereka dalam bentuk video dan teks, kemudian di unggah ke kanal Youtube, dan di bagikan kepada siswa di Singapura melalui kelas Edmodo.
Produk akhir dari Project Based Learning kali ini adalah pembuatan dan pemeliharaan sayuran hidroponik yang ditanam di rumah kaca hingga panen. Selain itu, penilaian siswa dilakukan melalui ide-ide yang muncul ketika melaksanakan proyek, kolaborasi dan kemampuan berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah. Dengan melalui pembelajaran berbasis proyek ini diharapkan akan mampu malatih siswa dalam mengimplementasikan ketrampilan abad 21.


Expert Teacher dan Expert Student SI Singapura


Kesempatan Berkunjung ke National Institute of Education - NTU

Keberadaan kita sebagai Expert Teacher di negara Singapura sudah selayaknya kita manfaatkan untuk meng"explore" berbagai tempat untuk menambah wawasan kita. Salah satunya tempat yang layak saya kunjungi adalah National Institute of Education. Pada dasarnya, NIE masih satu payung lembaga dengan Nanyang Institute of Technologi (NTE). Boleh dikatakan bahwa NIE itu Fakultas Keguruan milik NTE, salah satu dari 50 perguruan tinggi terbaik se dunia.
Salah satu alasan saya datang ke NIE kali ini adalah untuk bertemu dengan Dr. Willy Renandya, salah seorang profesor yang mengajar di NIE, asli Yogyakarta. Beliau adalah profesor Bahasa Inggris yang sudah sering malang melintang di dunia ke"Bahasa Inggris"an. Sudah beberapa kali saya berkesempatan mengikuti seminar beliau di konferensi internasional.
Tentunya saya mengikuti aturan untuk membuat appointment secara resmi, satu minggu sebelumnya saya mengirim pesan melalui akun fb beliau, dan alhamdulillah beliau bisa menerima kami pada hari senin tanggal 10 september 2013 pada pukul 11.30 waktu Singapura. Saya diterima oleh Dr. Willy bersama dengan seorang dosen Universitas Ciputra Surabaya. Beliau, Ibu natalia saat ini sedang mengikuti program sandwich selama 4 bulan di NIE, yakni program mengikuti perkuliahan di Luar Negeri bagi mahasiswa Phd, didanai oleh DIKTI.
Tepat pukul 11.30 waktu singapura, saya berkunjung ke kantor Prof Willy, kami diterima dengan hangat. Percakapan dan diskusi berlanjut ke kantin NIE yang asri, kita ngobrol sambil makan siang. Banyak sekali yang kita diskusikan, dari hal kecil hingga masalah pengajaran Bahasa Inggris.


Bersama Prof. WIlly dan Ibu Natalia



Catatan kecil selama 1 bulan tinggal di Singapura

Singapura yang juga dikenal sebagai negeri singa termasuk 10 negara dengan biaya hidup paling tinggi di dunia. Sebagai pusat bisnis dan wisata belanja di asia tenggara, sudah sepantasnya apabila Singapura dijuluki sebagai hutan mall dan kondominium. Banyak sekali ditemukan pusat-pusat bisnis dan perbelanjaan, dari perusahaan multi nasional hingga toko produk-produk mewah semacam "Hermes, Louis Viton, Charles and Keith“dan lain-lain. Yang menarik dari singapura adalah transportrasi masal yang dapat dengan mudah kita temukan dan lalulintas yang lancar. Kita bisa menggunakan MRT (kereta cepat) dan bus untuk menuju berbagai penjuru singapura. Selain itu, ada juga taxi, namun kita tidak bisa asal menghentikannya.
Ada beberapa catatan menarik ketika memiliki kesempatan untuk tinggal selama 1 bulan sebagai Expert teacher SEA Edunet 2.0
1. Banyak aturan yang apabila dilanggar akan kena denda, terutama apabila dilakukan ditempat umum semisal di dalam bus, mrt. Merokok ditempat umum didenda 1000 dolar, makan dan minum dan juga membuang sampah sembarangan akan didenda 500 dolar. Harap diketahui bahwa kamera pengintai (CCTV) bertebaran dimana-mana. Memang Singapura ada yang mem"pleset"kan sebagai fine city.
2. Untuk menuju halte dan stasiun MRT, kita harus jalan kaki. Karena kita pergi dan pulang dari apartemen ke Sekolah Indonesia Singapura menggunakan transportasi umum, kita harus berjalan kaki untuk menuju halte atau stasiun mrt. Kalau dihitung, mungkin dalam 1 hari kita bisa berjalan kaki kurang lebih 1 kilo.
3. Dalam hal pelayanan masyarakat, singapura jagonya. Disini ada EZ link card yang dapat digunakan untuk ongkos MRT, bus, bahkan bisa juga untuk beli makanan dan minuman ringan. Tapi jangan lupa untuk selalu cek saldo. Kalo saldo habis maka harus di "top up". Isi ulang EZ link card dapat dilakukan di stasiun mrt, atau juga di minimarket seperti 7eleven dan lainnya.
4. Berkaitan dengan makanan, kita harus hati-hati dalam memilih makanan, karena di Singapura kebanyakan restoran menjual makanan chinese, sulit sekali menemukan makanan halal. Pilihannya kita bisa mengunjungi kedai muslim melayu atau kedai muslim india. Yang pasti rasanya akan aneh dilidah kita.
5. Kelanjutan dari catatan no 4, yang pasti harga makanan disini mahal sekali. Sekali makan paling tidak biayanya sekitar 4 - 7 dolar, kalo dikalikan kurs rupiah yang makin menggila, Rp 9000, ketemu sekitar Rp. 50.000.
6. Untuk komunikasi sehari-hari, berhubung warga singapura mayoritas adalah chinese, diikuti oleh melayu, india dan western, bahasa yang digunakan adalah "Singlish" atau bahasa Inggris nya singapura. Bagi yang tidak terbiasa dengan singlish akan bingung dengan logat dan gaya bicara yang aneh.

Itu tadi sekedar sekelumit catatan selama 1 bulan sebagai expert teacher, hal yang tidak akan terlupakan adalah ketika berkunjung ke tempat-tempat menarik seperti Orchard, Mustafa, Marina Bay, Esplanade dengan konser raya melayu, Merlion, Sentosa Island. Dan juga berkesempatan untuk melaksanakan sholat jum’at di Masjid Sultan (masjid tertua di Singapura) dan berziarah ke makam Habib Noh (ulama’ penyebar agama islam di Singapura). Selain itu juga kami berkesempatan mengikuti resepsi diplomatik peringatan hari kemerdekaan RI dan panggung gembira yang menghadirkan artis-artis ibukota di KBRI Singapura.


Mr. Heru dan Mr. Rozi


Merlion



Resepsi Diplomatik di Kedubes RI


Jalan - jalan ke Sentosa Island


Jalan-jalan ke Chinese Garden


Twin Tower di Kuala Lumpur


Batu Cave Kuala Lumpur